25 Agustus 2010

Suara Hati Wanitaku

Berikut adalah suara hati wanitaku, yang baru saja dia berikan kepadaku...

Fachru Rozi 



Sebuah nama yang beberapa tahun belakangan ini mengusik hidupku. Entah dari mana ia berasal, yang jelas keberadaannya memberikan arti. 

Dimulai dari awal interaksi kami didunia maya, sampai pertemuan pertama kami. Terus terang saja, pertemuan pertama itu cukup membuatku jengah. Ia punya sorot mata lain. Menarik? Tidak…bukan itu, hanya berbeda….bukan menarik.



Dan kami pun berteman baik. Perlahan, dan entah dari mana rasa itu mulai ada. Bukan rasa cinta. Hanya sayang. Bukan rasa sayang dari seorang wanita kepada pria. Hanya sayang. Tidak lebih ataupun kurang. Dan kurasa aku telah menempatkannya dalam porsi yang cukup dan benar. Tidak boleh lebih, juga tidak boleh kurang. Meskipun berlebih, aku terus berusaha menguranginya. Terus berusaha…entah kenapa, hati kecilku mengatakan demikian.



Pemaksaan rasa di kala itu, memang benar2 kulakukan. Beruntung aku dapat mengontrol setiap jejak-jejak yang terus ia sampaikan padaku. Dan berusaha untuk tidak mau tahu perasaannya. Berhasil? YA…Nyaris…dan hampir berhasil. Walau terkadang aku menangkap sesuatu yang terus saja berbeda dari sikapnya. Indah, tapi segera kuusir dari pikiranku. Penyangkalan itu terus kulakukan…memang terkadang lelah, mungkin itulah yang harus kutempuh. Rasa itu, terus kubuang jauh… saat itu, dia adalah sahabatku, dia pendengar setiaku dan dia pengacau pikiranku.



Sampai suatu saat, aku menemukan sosok lain. Sosok pelindung yang dengan hangat datang menyayangiku. Sosok yang dapat membuatku merasa menjadi diriku sendiri. Sosok yang memberikan aku petualangan2 menarik. Dan sosok itu pulalah yang membuat aku semakin tidak bisa jauh dari nama itu. Sosok itu pulalah yang membuatku semakin membutuhkan nama itu. Memang ironis, bahkan membingungkan, nyaris membuatku terdiam. Berhenti sejenak, berpikir tentang apa yang tanpa kusadari terlakukan.



Pelindung hangat itupun pergi. Berbekas?? Tidak…hatiku tentram, hatiku nyaman, meskipun masih ada sesak dan asa sampai sekarang. Dan ketahuilah, nama itu tetap dengan setia menemaniku disaat pelindungku pergi. Tetap memberiku semangat disaat aku lelah akan hidup, tetap memberiku kasih sayang disaat aku merasa dilupakan orang2 yang kusayangi, tetap konsisten memberikanku kehangatan disaat ia sendiri merasa kesakitan, tetap mengajariku arti persahabatan dan kekeluargaan yang sama sekali sangat sulit kudapat dikehidupanku sendiri, tetap mencontohkanku bagaimana teguhnya ia dalam berkomitmen, tetap menunjukkan senyum damainya saat aku datang dengan penuh sesal dihadapannya, tetap menyulangiku dengan keoptimisannya dalam jalan yang ia tempuh, tetap menjadikanku wanita tersayangnya meskipun ia dapat melihat dengan jelas ada banyak keraguan disana, tetap mengajariku bagaimana cara tersenyum menghadapi setiap cobaan yang terus datang kepada kami, dan tetap terus menggodaku dengan aktingnya yang aneh (dan percayalah…aku tergoda :p). 

Keyakinannya akan hadirku membuat keraguan itu perlahan hilang. Kepada nama itu, ketahuilah…aku akan terus ada untuk mengusik hari-harimu, memberimu kegilaan memberimu keresahan, memberimu ketidaknyamanan, memberimu tangisan, memberimu kagalauan dan bagian terbaiknya adalah aku akan terus ada untuk memberimu semangat, memberimu keindahan, memberimu impian, memberimu harapan, memberikanmu kasih sayang dan memberikanmu masa depan… 
Tulisan pendek ini merupakan ringkasan rasa yang selama ini ada. Membuatnya sangat tidak mudah, membutuhkan sedikitnya beberapa tetes kesadaran, ingatan, impian, nyanyian, lirikan, garukan( alergi ini nyaris membuatku gila…), air mata, senyuman, tawa, kantuk, penat, lelah, juga keinginan untuk menyampaikan padanya betapa ia  memberikan kontribusi yang sangat besar dalam hidupku. Entah apa jadinya jika ia pergi. Kepada sebuah nama di atas, terima kasih Sayang. Cuma kata sederhana dan sarat cinta yang dapat aku berikan, hanya seberkas maaf yang dapat aku nyanyikan saat ia membaca ini, hanya sepeluk tangisan yang dapat aku keluarkan agar aku merasa lebih hidup. 
Kesederhanaan sikapku, kekacauan emosiku, ketidakjelasan pikiranku, ketidakstabilan hatiku, kepenatan hidupku, keramaian ocehanku, isak tangisku, sedikit banyak telah memberi warna lain yang tidak biasa dihidupnya, dan ketahuilah…nama itu sekarang bukan hanya sebagai sahabatku, pendengar setiaku, dan pengacau pikiranku, tapi ia telah menjelma menjadi  pelindungku, penasehatku, pembimbingku, dan yang paling indah…Priaku.
 By : Suci Purnama Sari

Terima kasih sayang, aku janji akan selalu ada disamping kamu... kapanpun dan dimanapun...


2 komentar: